Minggu, 16 Januari 2011

Mewacanakan Singaraja Kota Pendidikan


Di harian Bali Express, pada hari Selasa 11 Januari 2011 yang lalu, Romi Sudhita, menulis tentang Kota Singaraja yang berpotensi jadi Kota Pendidikan. Dalam tulisannya, Romi berpendapat bahwa Singaraja memang cukup layak untuk menjadi sebuah kota pendidikan di Bali, mengingat selain beragam sekolah ada di Singaraja, juga prestasi siswa-siswa dari sekolah-sekolah di Singaraja sangat mumpuni sampai ke tingkat nasional. Ada beberapa contoh yang telah disebutkan, walaupun sesungguhnya, sebagaimana penulis ketahui, masih panjang daftar prestasi yang berhasil diraih para pelajar Buleleng. Prestasi tentu banyak berkaitan dengan iklim belajar dan iklim mengajar yang menciptakan kompetisi dan gairah belajar siswa serta cukup baiknya daya dukung kota untuk memenuhi kebutuhan pelajar. Romi juga menuturkan bahwa sekarang ini Undiksha sedang menggeliat menata dan membangun gedung perkuliahan agar mampu melayani 11 ribu mahasiswanya.

Konsep Strategis
Apa yang ditulis Romi Suditha tidak lepas dari hangatnya diskusi-diskusi di kalangan terbatas di Singaraja tentang wacana menjadikan Singaraja sebagai kota Pendidikan. Mereka yang mempunyai minat tersebut bahkan sempat mengangkat tema ini dalam berbagai interaktif di Radio. Dan untuk sekarang ini kita menunggu ujung dari wacana ini, apakah akan berakhir seperti diskusi-diskusi sebelumnya, yaitu ketidak jelasan dalam implementasinya. Memang, wacana Singaraja menjadi kota pendidikan timbul tenggelam. Hampir berbagai pihak pernah membicarakannya, mulai dari pihak pemerintah kabupaten, legislator kabupaten, pendidik, pemerhati pendidikan dan masyarakat luas. Ada yang serius mendiskusikannya, namun ada juga yang sekedarnya. Motivasi dibalik keinginan menjadikan kota singaraja sebagai kota pendidikan nampaknya beragam, tergantung di pihak mana atau siapa yang menginginkannya. Ada sejumlah tokoh yang memang bernostalgia ke masa silam ketika Singaraja pernah mengungguli kota-kota lain di Bali dalam hal aktivitas pendidikan, saat ibukota belum dipindahkan dari Singaraja ke Denpasar. Kepeloporan Singaraja membangun sekolah-sekolah dimasa lalu sudah diakui banyak orang, bahkan sekolah-sekolah tersebut merupakan sekolah pertama di Bali.
Kedepan, dalam upaya merumuskan Singaraja sebagai kota pendidikan, hendaknya tidak semata-mata bertumpu pada nostalgia masa lalu, tetapi lebih banyak mengandung konsep strategis dalam menjawab pertanyaan : Mengapa Singaraja perlu dibangun sebagai sebuah kota pendidikan. Dengan landasan yang bersifat strategis, maka akan mendorong pengambil kebijakan berkomitmen, berketetapan, berkesinambungan dan fokus. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah pembagian peran dan sinergitas berbagai pihak. Untuk itu diperlukan cetak biru yang menjangkau rentang waktu minimal 20 tahun. Hal ini menjadi penting untuk menghindari tumpang tindih perencanaan, saling menunggu dan inefisiensi dana ditengah banyaknya daftar prioritas yang harus diperhatikan pemerintah kabupaten. Barangkali inilah yang dimaksud oleh Romi perlunya sebuah payung hukum berupa Perda (Peraturan Daerah). Dengan adanya perda akan dapat menyatukan energi eksekutif dan legislatif dalam memperjuangkan konsep kota pendidikan sampai ke pusat. Selain itu, diperlukan keberanian untuk “memproklamirkan” diri sebagai kota pendidikan. Kalau sekarang ini, pernyataan diri sebagai kota pendidikan masih sebatas dengan baliho saja di beberapa sudut kota. Bagi penduduk atau pendatang yang kebetulan membaca baliho tersebut akan mengetahuinya, tetapi bagi yang tidak sempat membaca tentu tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di sebuah kota pendidikan. Cobalah tiru Yogyakarta yang belum lama ini Sri Sultan Hamengku Buwono X langsung mendeklarasikan Yogyakarta sebagai “Kota Republik”. Dengan expose dan deklarasi tersebut akan membuat semua orang, termasuk yang tidak tinggal di Yogyakarta, mengetahui bahwa sekarang Yogyakarta memiliki atribut sebagai Kota Republik.

Gerbong Ekonomi
Salah satu alasan strategis mengapa Singaraja perlu didorong menjadi kota pendidikan adalah alasan ekonomi. Satu dari sekian banyak penggerak suatu kehidupan ekonomi adalah pergerakan penduduk, yaitu bertambahnya penduduk. Penduduk yang datang ke suatu wilayah sangat berpotensi menggerakkan roda ekonomi wilayah tersebut. Sebagai kota pendidikan, maka akan datang ribuan mahasiswa dan pelajar dari luar daerah. Mereka datang sebagai pelajar dan/atau mahasiswa, berusia muda, enerjik, dan sekaligus tentu saja membawa uang. Dan uang yang mereka bawa dari kota asalnya pasti dibelanjakan habis di kota tempat mereka belajar. Berbagai sektor riil ekonomi akan dengan mudah menggeliat, seperti gerbong kereta api yang bergerak bersama karena ditarik oleh sebuah lokomotif. Beberapa contoh antara lain : usaha rumah kost, warung makan, fotocopy, bengkel sepeda motor, gerai pulsa dan hp, warnet, toko buku-alat tulis, swalayan dan masih banyak lainnya. Seandainya 10.000 mahasiswa datang dari berbagai kota lain, itu berarti kota-kota tersebut berpartisipasi mendongkrak kota pendidikan (kota singaraja). Patut dicatat bahwa Kota Pendidikan sulit akan dilanda resesi/krisis ekonomi, karena pelajar/mahasiswa akan tetap mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya yang tinggal di kota lainnya.
Walaupun berbagai perhitungan diatas kertas tentang manfaat ekonomi yang akan dirasakan oleh suatu kota dan masyarakatnya cukup positip, namun tentu saja tidak serta merta akan mudah menarik pelajar/mahasiswa dari luar kota Singaraja untuk belajar di Singaraja. Disinilah partisipasi warga masyarakat Kota Singaraja menjadi penting. Tersedianya tempat-tempat pemondokan yang baik dan murah, keramah tamahan warga kota, tempat-tempat makan yang sehat dan murah, cukup memadai tempat-tempat rekreasi dan keamanan yang terjaga menjadi faktor-faktor penting. Dan yang tidak kalah penting adalah terjangkaunya biaya sekolah maupun biaya kuliah. Jika semua ini dapat dipertahankan maka kita sangat optimis Singaraja akan mudah menyebut diri sebagai Kota Pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar